PERLAKUAN DISINFEKSI DAN DISINSEKTISASI INSTALASI KARANTINA HEWAN(IKH) HEWAN KESAYANGAN(ANJING DAN KUCING)

Authors

  • admin buttmkhit Balai uji terap teknik dan metode karantina hewan ikan dan tumbuhan

Abstract

Sri Idealti Purba1, Upik Kesumawati Hadi2, Siti Komariah3, Indrosancoyo Adi Wirawan4,Apris Beniawan1, Nurul Dwi Handayani1, Mazdani Ulfah Daulay1, Muhammad Hanif Nurdiansyah1, Julia Rosmaya Riasari1 Rita Sari Dewi1, Umar Suryanaga1,Lylya Syamsi1, Hajar Cahya Utami1, Surati1, Annisa Salsabilla1, dan Harris Partahian Silitonga1

Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Badan Karantina
Indonesia, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia; IPB University, Bogor, Jawa Barat, Indonesia;
Animal Clinic Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia; 4Praktisi Ahli Pengendalian Hama Pemukiman

 

Lalu lintas pemasukan anjing dan kucing ke dalam wilayah Indonesia maupun antar area di Indonesia menyebabkan peningkatan risiko masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Pelaksanaan tindakan karantina di instalasi Karantina Hewan (IKH) kesayangan khususnya anjing dan kucing merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan terhadap penyebaran berbagai penyakit hewan pada anjing dan kucing. Pemilihan disinfektan dan insektisida yang tepat untuk mengeliminasi agen penyakit pembawa HPHK, serta aman untuk petugas maupun hewan sangat diperlukan. Uji terap bertujuan untuk mendapatkan Standard Operating Procedure (SOP) disinfeksi dan disinsektisasi pada IKH Kesayangan untuk anjing dan kucing, yang aman terhadap hewan dan manusia. Metode uji terap diawali dengan studi literatur untuk menentukan metode perlakuan, kemudian pemilihan disinfektan dan insektisida. Perlakuan dilakukakan dengan insektisida golongan Piretroid yaitu Cypermethrin (EC), dan tiga jenis golongan disinfektan yaitu Oxidizing Agent (Hydrogen peroxide + PAA), Aldehydes Class (Glutaraldehyde and Quats), dan Chlorine Compunds (Sodium hipoklorit). Masing- masing disinfektan dicampur dengan insektisida dan diberi kode yakni Campuran A (Cypermethrin EC dan Hydrogen peroxide + PAA), Campuran B ( Cypermethrin EC dan Glutaraldehyde + Quats ) dan Campuran C (Cypermethrin EC dan Sodium hipoklorit). Variabel perlakuan terdiri dari variabel tidak dibilas, dengan cara tidak dilap atau tidak dipel, dan variabel dibilas dengan cara dilap atau dipel. Indikator pengamatan meliputi bau, iritasi, noda, dan korosif. Hasil uji terap pengamatan pada variabel perlakuan bilas semua jenis campuran (A, B dan C) terbukti menghilangkan efek bau dan iritasi setelah 24 Jam. Hasil pengamatan ini dijadikan pertimbangan untuk masa kosong kandang mulai dari perlakuan sampai dengan penggunaan instalasi karantina hewan kembali. Perlakuan bilas terbukti mengurangi noda pada permukaan kaca dan menambah nilai estetika. Paparan cypermethrin pada kucing yang sensitif terhadap cypermethrin dapat dikendalikan dengan perlakuan pembilasan sekeliling dinding bagian dalam kandang individu kucing. Pembilasan pada material yang mudah korosi seperti material besi dan aluminium dapat mengendalikan efek korosif disinfektan jenis hidrogen peroksida dan sodium hipoklorit. Pencampuran bahan disinfektan dan insektisida tidak mempengaruhi
efektifitas dari insektisida, hal ini terlihat dari hasil pengamatan ditemukannya berbagai jenis vektor mati di area dalam dan luar  banguan instalasi.
     Kata kunci: anjing, kucing, disinfeksi, disinsektisasi, instalasi karantina hewan, penyakit

Abstract
Animal Quarantine Diseases (AQD) are more likely to enter and spread when dogs and cats are transported into and within Indonesia. Implementing quarantine actions for pets, particularly dogs and cats, at the Animal Quarantine Facility (AQF) is crucial in preventing the spread of various diseases among these animals. Choosing the right disinfectants and insecticides to eliminate agents carrying AQD and ensuring safety for workers and animals are essential. This study aims to obtain a Standard Operating Procedure (SOP) for disinfection and disinsection at AQF for dogs and cats which is safe for animals and humans. The research method begins with a literature review to determine treatment methods and the selection of disinfectants and insecticides. Three different disinfectant groups-(Oxidizing agent ((Hydrogen Peroxide +PAA), Aldehydes Class Glutaraldehyde and Quats, and chlorine compounds (Sodium Hypochlorite)- as well as the Pyrethroid insecticide groups (Cypermethrin EC) were used in treatments. Each disinfectant was observed in combination with three insecticide formulations and coded as mixture A (Cypermethrin EC and Hydrogen Peroxide- PAA), mixture B (Cypermethrin EC and Glutaraldehyde + Quats), and mixture C (Cypermethrin EC and Sodium Hypochlorite). The treatment variables consisted of rinsed and unrinsed. Observation indicators include odour, irritation, stain formation, and corrosiveness. The results showed that the rinse treatments of all mixtures (A, B, and C) proved to eliminate the effects of odour and irritation within 24 hours. These observations are considered for the empty period of the kennel from treatment until the quarantine facility is used again. The rinse treatment was shown to reduce stains on glass surfaces and add aesthetic value. Exposure to cypermethrin in cypermethrin-sensitive cats could be controlled by rinsing treatment around the inner walls of individual cat cages. Treatment with rinsing on easily corroded materials such
as iron and aluminium can control the corrosive effects of hydrogen peroxide and sodium hypochlorite. The combination of disinfectants and insecticides did not affect the effectiveness of the insecticide, as various vector species were still found within and around the facility.
        Keywords: dogs, cats, disinfection, disinsection, animal quarantine facility, animal diseases

Additional Files

Published

2025-11-19